Katak Dalam Tempurung …

Ketika Aku Telah Memilikinya …

Larut dalam waktu, tenggelam dalam hari… hanya seberkas rasa ingin memenuhi keinginannya dan memenuhi permintaannya…  sebuah perasaan yang sebenarnya bukan ku tambatkan pada dia ternyata dengan kelembutan  dan keikhlasan yang ditawarkannya  akhirnya aku luluh, tunduk. Namun selagi aku tunduk hati kecilku tetap mengelakan bahwa dia adalah seorang yang terakhir dalam hidupku.

Entah apa yang telah ia lakukan kepadaku… hingga bisa membuat aku mengulang, membalikan kata-kata yang duluw pernah aku ungkapkan kepadanya yang menegaskan sebuah keinginan yang aku sendiri tidak menginginkannya kalau tidak ku berterus terang  apa adanya, “ku ingin jadikan engkau sebagai adik saja, tak lebih dari itu.” …..?

Hari semakin hari … waktupun dengan asyiknya meninggalkan masa-masa itu … dan tepat ketika kami mendapat pelayanan internet gratis di TelKom … kejadian jalan barengpun tak bisa kami elakan lagi … walopun waktu itu kami tidak hanya berdua … kami memenuhi jalan sebelah kiri Yos Sudarso Majenang dengan 6 orang dan dua diantara mereka adalah kami… NgoBrol, Canda, Cerita, menemani perjalanan kami berenam tak terkecuali kamipun begitu…

Berawal dari itu … kedekatan kami yang secara tidak di sengaja telah memperbesar rasa  sayang seorang dia kepadaku, hingga aku canggung untuk tidak mengubah status diantara kami, untaian kata-kata manispun kukeluarkan untuk bisa membalas cintanya … tepat hari itu menunjukan hari sabtu, ketika ia ingin melangkahkan kaki tuk menemui kedua orang tuanya, sebuah kegiatan yang ia lakukan ketika akhir minggu …

Berbarengan dengan itu  salah seorang teman diantara mereka yang tidak lain adalah teman bocahku sendiri mendadak timbul conflic… yach sebuah conflic batin yang selama aku jalan dengan bocahku selalu canggung dalam bertukar pikiran dan selalu merasa ngga’ enak hingga sempat meraka pindah ranjang dalam asrama …

Satu  personel tempur yang kuat dari pesahangan kini pecah menjadi dua kubu antara there choice dengan there Plex, sungguh sangat disayangkan (tapi tenang aja dech mereka hanya ingin perang batin aja … karena secara fisik mereka masih bisa ngobrol dan belajar bareng meskipun tidak sebebas yang duluw) … kala itupun aku merasa salah langkah …

Hal yang semacam inipun terus berlanjut menghiasi hari-hari ku … terlebih ketika aku telah jalan dengan bocahku itu … aku pribadi merasa layaknya katak dalam tempurung, tak bisa berkutik dan yang hanya bisa kulakukan adalah mengintip lewat celah lubang kecil dalam tempurung itu… susah rasanya aku bisa keluar tuk berdiri diatas batu tengah sungai … kalopun bisa aku hanya bisa jongkok disitu melihat air yang semakin hari terus mengalir tanpa bisa merasakan segarnya air itu, kakiku terikat, pikiranku terpaku pada satu pokok masalah dan setelah itu aku kembali terkurung dalam lingkaran kegelapan tempurung kelapa … yach tempurung kelapa…

Tempurung kelapa …

Sebuah benda yang bisa mengingatkan aku pada masa-masa itu, tempurung kelapa, sebuah benda pula yang akhirnya dapat menuliskan sebuah pengalaman aku ketika aku telah memilikinya, hanya ketika aku telah memilikinya.

Tinggalkan komentar